Seni, Adat & Budaya > PALSAPAH DI BELAKANG KATA "SI GO TA KA"ku : DR. H. Ihwan D. Natapradja
Salah satu perlengkapan yang sangat penting dalam pertunjukan wayang di Sunda adalah apa yang disebut “gugunungan”. Gugunungan atau kayon ini terdiri daripada enam bagian: dasar, gelar, buron, makara, kayon dan puncak. Bentuknya berupa pohon dan dihiasi oleh berbagai macam hewan, dedaunan dan sebuah gapura dengan dua pengawal yang berbentuk raksasa.
Fungsi kayon sangat variable, para dalang dan pencinta wayang sudah maklum akan fungsi gugunungan ini. Tetapi apa yang akan dibahas di sini adalah istilah Ki Dalang ketika menutup suatu pagelaran wayang. Ki Dalang pada umumnya dalam menutup pertunjukan wayang selalu mengucapkan kata-kata “Kembang pinetik sedeng anyar sinebaran sari, tutup lawang Si Go Ta Ka”, kemudian gugunungan tersebut di tancapkan sebagai tanda berakhirnya pagelaran tadi.
Saya sekarang akan mencoba membahas apa makna dari pada istilah lawang (gapura) SI GO TA KA tadi. Kata gapura itu sendiri menurut pendapat seorang ulama terkenal Al Hamid Husaini 1) berasal dari kata bahasa Arab “ghofur”, artinya bersih, bermakna bahwa seorang dalang haruslah bersih.
.
Lalu bahasa apakah SI GO TA KA itu?
Setelah bertanya-tanya kepada para akhli bahasa, budayawan, seniman pedalangan dan para dalang sendiri, mereka semuanya tidak dapat menerangkan apa maksud SIGOTAKA itu dan berasal dari bahasa apa.
Menurut apa yang saya terima dari seorang budayawan pedalangan R. Endih Natapradja (1913-1990), yang belajar ilmu pedalangan dari Ki Dalang Suhaya Atmaja dan Ki Dalang Sukatma, bahwa SI GO TA KA adalah istilah sebuah lawang (gapura) yang terdapat pada gugunungan yang dijaga oleh dua pengawal yang diberikan oleh Sunan Gunung Jati Berikut ini kisahnya:
Pada suatu saat, ketika Sunan Gunung Jati sedang meneliti sebuah gegunungan hasil karyanya, beliau berniat untuk memberikan nama kepada gambar gapura yang terdapat pada gugunungan tersebut. Karena beliau tidak mendapatkan ilham setelah beberapa lama memikirkannya, maka beliau memanggil isterinya yang konon seorang putri Muslim berasal dari Cina, Ang Tien.
Kurang lebih beginilah dialog beliau dengan isterinya:
Beliau berkata: “Isteriku, ke mari sebentar, ada hal yang aku perlu tanyakan kepadamu”.
Isterinya menjawab: “Baiklah kanda, apa gerangan yang kanda inginkan dariku, dan mengapa kelihatannya kanda ini bingung sekali”
Sunan: ”Begini, aku ini sedang bingung mencarikan nama untuk gambar gapura yang tertera pada gugunungan ini, seperti adinda ketahui bahwa gugunungan adalah perlambang “pohon kehidupan” dalam dunia pewayangan. Mempunyai fungsi yang penting dan banyak penggunaannya bagi para dalang. Cobalah kanda beri inspirasi untuk memberikan namanya”.
Apakah maksud Sunan ini betul-betul meminta pendapat isterinya atau ada maksud lain, seperti menguji kejelian Ilmu Pengetahuan isterinya yang konon salah seorang Pangeran Putri Cina yang cukup cerdik, entahlah.
Isterinya menjawab: “Baiklah kanda, jika kanda memerlukan pendapatku, maka sesuai dengan maksud daripada kayon ini, akan aku berikan dua suku kata, pertama yaitu SI dan kedua adalah GO”
Sunan: “ Apa maksudnya SI GO itu dinda?”
Isterinya: “ Si itu adalah nama bilangan dalam bahasa saya, yaitu bahasa Cina yang artinya 4 dan GO adalah 5”.
Sunan:” Maksudnya 4 an 5 itu apa?”
Isterinya:” 4 adalah unsur kehidupan manusia yang terdiri dari pada Api, Udara, Air dan Tanah. Asal manusia itu terdiri dari pada 4 anasir tadi”
Dalam ilmu pedalangan terkenal dengan istilah Agni (api), pawana (Udara), waruna (air) dan siti (tanah atau bumi). Sedangkan dalam ilmu tarekat Islam terkenal dengan istilah: Narun Warna Merah, Hawaun Warna Kuning, Maun Warna Putih dan Tarobun Warna Hitam
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa manusia itu dibuat dari pada tanah dan air:
Firman Allah: "Dan Allah (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Allah jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.(QS, 25 : 54). Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS 23: 12). Yang membuat segala sesuatu yang Allah ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (As Sajdah : 7)
Kembali kepada dialog Sunan Gunung Jati dan isterinya.
Isterinya :” Itulah maksud angka 4 atau SI, menerangkan asal-muasal kejadian manusia yang akan lahir ke dunia”.
Sunan: “Waduh, dinda sungguh bagus sekali. Sekarang apa makna dari pada GO atau 5?”
Isterinya: ” 5 adalah ke-5 indra, atau pancaindera yang harus dimiliki oleh manusia tadi agar dapat disebut manusia sempurna. Maksudnya, jika manusia yang terdiri dari pada 4 unsur tadi baru disebut sempurna bila memiliki panca indera, yaitu sempurna penglihatan, pendengaran, penciuman, pengucapan dan perasaan. Maka bilangan SI harus diikuti oleh GO”
Sunan:” Wah dinda, bagus sekali, selanjutnya bagaimana?”
Isterinya:” Kanda, kiranya cukup sekian dariku, silahkan kanda lanjutkan untuk menyempurnakan nama gapura itu, karena kalau istilahnya dari aku semua mungkin kurang adil, harus ada sumbangsih dari kanda”.
Baiklah kita lanjutkan dialog antara Sunan Gunung Jati dengan isterinya tersebut mengenai nama gapura.
Sunan: ”Baiklah dinda, bila demikian akan kanda tuntaskan menyempurnakan nama gapura tadi. Maka jika tadi dinda berika SI GO yaitu bilangan 4 dan 5 dalam bahasa Cina, maka kanda akan berikan bilangan Jawa yaitu Sapta yaitu 7 dan Eka yaitu 1 dan kanda singkat menjadi TA dan KA.”
Isterinya: “Lalu, apa makna dari pada TA dan KA tersebut?”
Sunan: ”Sapta atau TA, yaitu 7, maksudnya bila si manusia yang terdiri dari 4 anasir tadi lahir di dunia kemudian sempurna karena memiliki 5 yaitu pancaindera, maka ia mempunyai tugas untuk hidup di dunia selama 7 hari. Karena memang jumlah hari hanyalah ada 7, dari Ahad sampai Sabtu, kembali lagi kepada Ahad dan seterusnya. “
Makna bilangan 7, menurut ilmu tarekat ada deratat (maqom) manusia sebanyak 7 tempat, itulah yang disebut MARTABAT TUJUH. Sedikit pembahasan tantang Martabat Tujuh sebagai berikut:
Menurut Ulama besar K.H. Hasan Mustapa abad ka 19, (1840- 1930M), ada suatu tempat atau maqam yang disukai oleh manusia, ke-7 tempat itu adalah: Islam, Iman, Shaleh, Ihsan, Sahadah, Sidikiyah dan Kurbah.
1. ISLAM.
Islam artinya siap untuk mengerjakan yang hebat walaupun tidak dimengerti oleh yang melakukannya. Seperti mengerjakan shahadat, shalat, zakat, puasa dan naik hajji. Kesemuanya itu adalah pekerjaan Islam, yaitu suatu “pakaian” pada dunia lahir. Oleh sebab itu mengerjakan yang lima tersebut harus telihat dan terdengar oleh yang memerintahkanya. Maka dari itu pula Islam dilengkapi denga lima hal yang termaktub dalam Rukun Islam seperti apa yang telah diuraikan di atas.
2. IMAN.
Artinya percaya kepada berita yang belum nyata. Seperti pertcaya kepada yang ghaib nyatanya; Allah, Malaikat, kitab-kitab, para Rasull dan kepada hari ahir serta kepastian yang baik dan yang buruk (takdir). Iman ini adalah perlengkapan kebathinan yang mengakibatkan kepercayaan kepad rukun iman. Kepercayaan ini tidak hanya diungkapkan oleh bahasa saja tetapi juga dinyatakan oleh perasaan. Ingat akan Firman Allah: "Alif laam miin Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Q.S. 2: 1-3)
3. SHOLEH.
Artinya memberekan perbuatan lahir dan perbuatan bathin. Membereskan perilaku lahir dengan jalan ISLAM dan membererkan perilaku lahir dengan IMAN. Pekerjaan ini sunguh suatu tugas kewajiban yang berat maka untuk mencapainya dilengkapi dengan tujuh perilaku dan cara yaitu:
a) Taubat: yaitu perilaku yang “kapok” akan kelakuan maksiat dan yang tinggal hanyalah ta’at.
b) Innabat: menggantikan kelakuan yang tidak baik dengan yang baik, maksiat diganti dengan ta’at.
c) Zuhud: perilaku yang apik, menjauhi yang subhat.
d) Tawakkal: kekal hati akan hukum Allah yang tiba kepada dirinya.
e) Takwid: memasrahkan raga dan nyawa kepada hukum Allah yang akan tiba kepada dirinya.
f) Ridla: suka akan hukum Allah yang sedang diterimanya.
g) Ikhlas: bersih dalam berbakti tanpa pamrih, beribadah tanpa upah, jauh dari sifat ujub, riya, sub’ah, takabur dan hasud.
Penjelasannya:
• UJUB, mengaku bahwa segala perbuatannya bakal jadi.
• RIYA, mengaku bahwa segala perbuatannya ingin terlihat oleh orang lain.
• SUB’AH, segala kelakuannya ingin terdengar oleh orang lain.
• TAKABUR, merasa segala perbuatannya lebih baik dari pada perbuatan orang lain;
• HASUD, bersifat iru kepada bagian dan hak orang lain.
Kesemuanya inilah nyang disebut “penyakit hati” yang tidak bisa diobati oleh seorang dokter karena memang bukan penyakit jasmani. Penyakit ini hanya bisa diobati dengan pengajaran al abdol yaitu:
• Ujlah, memaksa diri untuk menjauhi orang lain yang berperilaku jelek dan maksiat;
• Ju’u, memaksa dirinya untuk melakukan puasa (baik fardhu maupun sunat);
• Sahar, mengurangi tidur baik siang maupun malam;
• Sumut, tidak menginginkan yang tidak perlu.
4. IHSAN.
Ihsan adalah pekerjaan yang berlebihan dalam menggunakan kepengkapan yang tujuh yang terdapat pada maqan Shaleh. Inilah nilai derajat Muslim yang disebut muhsinin, yaitu seseorang Muslim yang selalu berbuat kebaikan, bahkan selalu menganjurkan ”fastabiqul khairat” – berlomba-lomba berbuat kebaikan. (Q.S. 2:148]
Memperbaiki diri sendiri, menjaga diri dari hal-hal yang buruk dan mengadakan hubungan baik dengan sesama ummat di seluruh dunia. Bahkan dengan lingkungan hidup pun selalu berbuat baik, dalam artian tidak merusaknya.
5. SAHADAH.
Syahadat adalah penyaksian atau pengakuan seseorang terhadap sesuatu. Apabila seseorang mengucapkan syahadat berarti ia telah mengaku dengan lidahnya mengenai sesuatu perkara. Fardhu syahadat diikrarkan dengan lidah, ditasdiqkan dengan hati. Setiap syahadat hendaklah dilakukan bagi semua insan yang ingin masuk Islam.
Syarat pertama untuk seseorang menjadi seorang Muslim adalah ikrar atau kesaksian lisan yang disebut mengikrarkan dua kalimah syahadat.
Pengakuan di dalam hati hanya terserah kepada hati masing-masing dan Allah semata yang mengetahui segala-galanya. Dari segi agama hanya boleh mengukur yang zahir saja. Artinya apabila seseorang telah mengucapkan dua kalimah syahadat maka ia telah dianggap sebagai seorang Muslim.
Firman Allah: "Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu telah masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Q.S. 3: 20)
Kesimpulannya Sahadah adalah keyakinan hati akan Allah yang memiliki kelapangan hati: Allahu sahidun – Allah melihatku, Allhu hadirulullah – Allah Maha Ada, Allhu basirun – Allah mengawasiku.
6. SIDDIKIYAH.
Artinya besar akan keyakian dan kepercayaan karena ternyata menurut dirinya ini adlah ilmu yakin, yaitu benar kepada ainal yakin, buktinya benar-benar tidak akan tertukan dengan yang lainnya, dengan hakkul yakin, dengan rasa yang sebenarnya karena memang bukan yang lain.
7. KURBAH.
Inilah ahir cerita, sesuatu perilaku kepuasan dimana tercapainya keterpaduan antara Aku dan Allah (mahabbah) seperi rasa manis dengan gulanya yang tidak dapat dipisahkan.
Demikianlah uranai singkat mengenai MARTABAT TUJUH, untuk loengkapnya silahkan baca buku “Tarekat Satariyyah Martabat Tujuh susunan penulis sendiri3)
Baiklah kita kembali kepada pokok bahasan kita yang sedang menerangkan tentang dialog antara Sunan Gung Jati dengan istrinya dalam menerangkan nama gapura tersebut. Selanjutnya demikianlah kelanjutan dialog tersebut:
Isterinya: “ Kalau makna dari pada Eka atau Ka?”
Sunan: “Eka atau Ka adalah SATU, itulah makna dari pada Keesaan Sang Pencipta, atau Allah swt. Maka makna dari pada nama itu, manusia lahir ke dunia dengan 4 anasir, agni (api), pawana (hawa), waruna (air), siti (tanah) atau Narun Warna Merah Hawaun Warna Kuning Maun Warna Putih Tarobun Warna Hitam, yaitu sifat Nur Muhammad, tiada lain harus beribadah sesuai dengan Surat Adz Dzariyat ayat 56:
Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa liya'buduun(i). Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Yaitu dalam rangka perjalanan menuju ke yang SATU (EKA), memenuhi istilah inalillahi wa inaillaihi raji’un”. Jadi 4 5 7 1 atau SI GO TA KA.
Jadi Makna EKA itu adalah bahwa kita hidup hanya dengan satu tujuan untuk menuju kepada-Nya dengan manjauhi larangannya, menuruti perintahnya dan akan kembali kepada-Nya.
Firman Allah: "Katakanlan: "Allah-lah, Yang Maha Esa."
Demikianlah dialog antara Sunan dan Isterinya. Maka, jika ki Dalang menancapkan kayon, kemudian berkata TUTUP LAWANG SIGOTAKA maka selesailah pagelaran. Maknanya manusia di alam jagad raya ini sudah musnah, wafat atau tiada, dan gapuranya sudah ditutup oleh Ki Dalang, tidak ada satu wayang pun yang bisa bergerak lagi.
Artinya sudah inalillahi wainaillaihi rajiun.
Demikianlah para pencinta pedalangan makna deibelakang Istilah SI GO TA KA yang selalu diucapkan oleh Ki Dalang pada penutupan pagelaran Wayang Golek di Tatar Sunda, semoga ada manfaatnya
subhanalloh .haturnuhun jajakalloh .
ReplyDeletemanfaat,banyak sekali pengertiannya .
semoga ilmu yang akang berikan,bisa bermanffat,dan di balas dengan kebaikan .
wasalam si pembaca
Hatr nuhun
ReplyDeleteOuh kitu berati lain ngansaucapna kidalang nyarita teh,karek basa TUTUP LAWANG SI GO TA KA gs sakitu artina komo eusi caritana, wah panjang pokonamah hehe
ReplyDeleteAlhamdulillah.. pencerahan. Terimakasih kang telah menginspirasi..
ReplyDeleteAlhamdulillah.. pencerahan. Terimakasih kang telah menginspirasi..
ReplyDeleteAlhamdulillah.. pencerahan. Terimakasih kang telah menginspirasi..
ReplyDeleteHatur nuhun...
ReplyDeleteSip
ReplyDelete